Harga minyak mentah turun pada Rabu (18/9), usai Bank Sentral AS Federal Reserve menurunkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) jadi 4,75-5,0 persen. Keputusan ini meningkatkan kekhawatiran mengenai kesehatan ekonomi AS.
Selain itu, sebagian besar investor mengabaikan penurunan persediaan minyak mentah yang mereka kaitkan dengan dampak cuaca secara jangka pendek.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent untuk November menetap pada USD 73,65 per barel, turun 5 sen, sementara harga minyak mentah WTI untuk Oktober menetap pada USD 70,91 per barel, turun 28 sen.
Bank sentral AS memangkas suku bunga hingga setengah poin persentase, lebih besar dari yang diperkirakan banyak orang. Pemangkasan suku bunga biasanya meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi, namun pasar tenaga kerja yang lebih lemah dapat memperlambat ekonomi.
Persediaan minyak mentah turun sebesar 1,6 juta barel menjadi 417,5 juta barel selama sepekan yang berakhir pada 13 September, kata Badan Informasi Energi (EIA), dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 500.000 barel.
Sedangkan harga batu bara juga melemah pada penutupan perdagangan Rabu. Harga batu bara berdasarkan situs tradingeconomics turun 0,47 persen dan menetap di USD 139.00 per ton.
Harga batu bara Newcastle kembali naik setelah mencapai level terendah di USD 137 per ton. Di China, harga batu bara didukung oleh berkurangnya produksi akibat hujan lebat, peningkatan inspeksi keselamatan di tambang, permintaan konsumen yang lebih tinggi menjelang hari libur nasional dari tanggal 1-7 Oktober, dan pekerjaan pemeliharaan di beberapa jalur kereta api di provinsi Shanxi yang digunakan untuk transportasi batu bara.
Sementara itu, di Rusia, investasi oleh perusahaan batu bara turun sebesar 4,4 persen pada paruh pertama tahun 2024, yang selanjutnya mengurangi produksi batu bara. Di sisi lain, meningkatnya pangsa energi terbarukan di Eropa, dengan bauran energi terbarukan Jerman meningkat menjadi 70 persen dari 61 persen pada minggu sebelumnya, terus memberikan tekanan pada harga batu bara.
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) menguat pada penutupan perdagangan Rabu. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 2,23 persen menjadi MYR 3.848 per ton.
Harga CPO naik di tengah menguatnya harga minyak pesaing di pasar Dalian dan CBoT, didorong tanda-tanda peningkatan ekspor. Surveyor kargo mencatat ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia naik 9,1 persen hingga 10,2 persen selama 15 hari pertama bulan September dari periode yang sama bulan lalu. Namun, penguatan ringgit membatasi kenaikan lebih lanjut.
Sementara itu, di India, pembeli utama minyak kelapa sawit, New Delhi mengenakan bea masuk dasar sebesar 20 persen untuk minyak kelapa sawit mentah, minyak kedelai mentah, dan minyak bunga matahari mentah mulai 14 September. Hal ini secara efektif menaikkan total bea masuk untuk ketiga minyak ini menjadi 27,5 persen dari 5,5 persen, karena ketiga minyak tersebut dikenakan Biaya Tambahan Infrastruktur Pertanian dan Kesejahteraan India.
Adapun harga nikel terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Rabu. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics naik tipis 0,25 persen menjadi USD 16.228 per ton.