Pariwisata akan Pererat Hubungan Indonesia dan Turki

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menerima Duta Besar Turki untuk Indonesia, Profesor Talip Küçükcan, untuk membahas penguatan hubungan pariwisata kedua negara.(Dok Kedubes Turki)

MENTERI Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menerima Duta Besar Turki untuk Indonesia, Profesor Talip Küçükcan, pada Jumat 19 September 2025 untuk membahas penguatan hubungan pariwisata kedua negara. Dalam pertemuan tersebut, tercatat bahwa Turki dan Indonesia memiliki ikatan sejarah yang mendalam serta nilai-nilai budaya yang sama yang akan berkontribusi pada sektor pariwisata.

Widiyanti mencatat bahwa hubungan antara Turki dan Indonesia terjalin sejak abad ke-16. Ia mencatat bahwa Kesultanan Ottoman membuka konsulat jenderal di Batavia, yang sekarang dikenal sebagai Jakarta, pada 1880-an, dan terdapat ikatan budaya yang kuat antara Turki dan Indonesia. Ia juga mengatakan bahwa Turki dan Indonesia adalah sekutu dekat, yang bekerja sama di PBB, OKI, MIKTA, dan D8.

Ia mengatakan bahwa mereka memantau dengan saksama keberhasilan Turki di sektor pariwisata, mencatat bahwa destinasi wisata baru telah diidentifikasi di Indonesia dan bandara internasional dibuka untuk menyediakan akses ke destinasi-destinasi tersebut. Indonesia ingin mengembangkan peluang kerja sama di bidang ini, memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan negaranya di bidang pariwisata penyembuhan. Ia menambahkan bahwa tenaga kerja Indonesia yang terlatih di bidang ini dapat dipekerjakan di Turki. Indonesia juga menawarkan banyak pilihan di bidang pariwisata halal.

Dalam pertemuan itu, Talip melaporkan bahwa Presiden Recep Tayyip Erdoğan dan Presiden Prabowo Subianto bertemu dua kali, pertama di Jakarta dan kedua di Ankara, pada kuartal pertama 2025, menandai peringatan 75 tahun terjalin hubungan diplomatik antara Turki dan Indonesia. Pertemuan pertama Dewan Kerja Sama Strategis Tingkat Tinggi diadakan di Bogor dan 15 kesepakatan ditandatangani selama kedua pertemuan tersebut. Ia menambahkan bahwa Turki memiliki infrastruktur pariwisata yang sangat kuat, dengan kemajuan signifikan di berbagai bidang seperti transportasi, akomodasi, gastronomi, dan ketenagakerjaan tenaga kerja yang berkualitas. Sekitar 62 juta wisatawan mengunjungi Turki pada 2024, menghasilkan pendapatan sebesar US$61 miliar.

Talip menyatakan bahwa 200.000 warga negara Indonesia mengunjungi Turki pada 2024. Sebanyak 50.000 warga Turki mengunjungi Indonesia pada periode yang sama. Ia menambahkan bahwa dukungan terhadap pariwisata halal, yang mencerminkan nilai-nilai budaya bersama, akan bermanfaat untuk meningkatkan jumlah ini. Ia juga mencatat bahwa kota-kota seperti Konya, Kayseri, Bursa, dan Mardin, selain Istanbul, juga dapat menarik minat warga Indonesia dalam wisata budaya. 

Sistem dan institusi layanan kesehatan Turki menyediakan layanan berkualitas tinggi bahwa warga Indonesia dapat dengan aman menerima layanan diagnostik dan perawatan berkualitas tinggi dan terjangkau dari fasilitas layanan kesehatan swasta dan publik. Mereka terbuka untuk proyek bersama guna mendukung pariwisata kesehatan.

Program Bintang Hijau Turki, yang diluncurkan pada 2008, dan Program Sertifikat Pariwisata Aman yang diluncurkan selama pandemi covid-19 memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata. Ia juga menyinggung proyek Zero Waste, yang digagas oleh Ibu Negara Emine Erdoğan, yang memberikan dampak positif, khususnya dalam hal transformasi hijau dan keberlanjutan di bidang pariwisata. Inisiatif serupa juga akan berkontribusi positif bagi pariwisata Indonesia dan Turki akan dengan senang hati berbagi pengalaman Zero Waste-nya.

Keduanya juga membahas peningkatan investasi timbal balik, permintaan Turkish Airlines untuk menggandakan jumlah penerbangan ke Jakarta, inisiasi program pertukaran antarlembaga pendidikan yang mengkhususkan diri di bidang pariwisata, partisipasi sebagai tamu kehormatan di pameran pariwisata, serta perluasan dan pemutakhiran Nota Kesepahaman tentang Kerja Sama di Bidang Pariwisata, yang ditandatangani pada 1993. (RO/I-2)