Overconsumption: Ketika Tumpukan Barang Menjadi Standar Kebahagiaan yang Baru

5 hours ago 1
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi belanja online. Foto: Shutterstock

Di belahan bumi mana pun, Anda akan menemukan setidaknya satu orang yang akan membeli barang baru tanpa alasan yang jelas, bahkan ketika ia sudah memiliki barang yang sama dengan kondisi baik. Tidak, bahkan tidak perlu orang lain. Lihatlah diri kita sendiri. Lemari pakaian, tumpukan barang di sudut ruangan, atau keranjang aplikasi belanja online, setidaknya ada barang-barang yang tidak begitu dibutuhkan, tetapi kita miliki atau kita inginkan.

Sebagai generasi yang lahir dan dibesarkan dalam dunia yang sudah mengenal digitalisasi dan globalisasi, hal ini natural terjadi. Iklan televisi atau youtube, billboard yang selalu menghiasi gedung-gedung besar, dan hadirnya aplikasi belanja online adalah beberapa bukti bahwa sejak kecil, Generasi Z (Gen Z) telah terpapar media yang mendorong sifat konsumtif. Perilaku konsumsi berlebihan ini merupakan fenomena overconsumption.

Laura Fox—pengacara lingkungan dan peneliti di Fakultas Hukum Yale—mengatakan bahwa alasan terjadinya fenomena overconsumption dan mengapa isu ini memburuk setiap harinya adalah model ekonomi dunia. Konsumerisme didorong kuat oleh kapitalisme. Kemajuan teknologi juga berperan penting. Melalui kacamata produksi, mesin yang kini berkembang pesat membuat produksi barang-barang menjadi lebih mudah dan murah, menghasilkan lebih banyak lagi produk yang ditawarkan.

Ilustrasi iklan di Kamboja. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Iklan yang terus menerus dipaparkan di setiap kesempatan juga menjadi faktor kuat adanya overconsumption. Ditambah aplikasi belanja online yang memudahkan akses konsumen untuk membeli barang maupun jasa. Kilas balik, orang-orang mungkin akan berpikir dua kali untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan jika aksesnya sulit. Namun dengan adanya teknologi, dengan beberapa kali klik, barang akan sampai di depan rumah Anda.

Fenomena overconsumption ini bukan isu biasa yang dapat diselesaikan dengan cepat; isu ini berlapis. Overconsumption berkaitan erat dengan fenomena doom spending. Mengonsumsi barang maupun jasa yang didasari oleh kecemasan dipengaruhi beberapa hal, contohnya media sosial atau ekonomi yang tidak menentu, sehingga cenderung memengaruhi individu menghabiskan uangnya untuk barang-barang yang dapat dijangkau dengan cepat dan mudah dengan budget yang sudah dimiliki, dibandingkan tujuan jangka panjang yang lebih penting.

Ironisnya, karakter-karakter yang dipertontonkan di media massa justru mendukung hal ini. Contohnya saja frasa YOLO (You Only Live Once) yang kini menjadi mentalitas dari banyak Gen Z, mendorong mereka mengejar kesenangan instan dengan memprioritaskan keinginan dibanding kebutuhan. Pemikiran ini dapat mengarah ke dampak negatif kepada lingkungan dan kesehatan.

Ilustrasi perempuan belanja. Foto: Shutterstock

Secara natural, overconsumption akan menghabiskan lebih banyak bahan produksi, yang tentunya diambil dari sumber daya alam. Dikutip dari Global Footprint Network, masyarakat dunia mengonsumsi sumber daya sebesar 1,7 kali kapasitas regenerasi bumi.

Hutan dikuras, ikan ditangkap secara berlebihan, bahan-bahan fosil dibakar tanpa henti, bumi ini tidak memiliki kapasitas yang cukup dibandingkan yang dikonsumsi manusia. Kemungkinan paling parahnya adalah kita tidak punya dunia yang layak untuk dihuni generasi muda di masa depan.

Overconsumption juga berdampak negatif pada ekonomi dan sosial. Pada masalah ekonomi, peningkatan produksi berlebihan, lalu dijual dengan harga yang murah memicu lebih banyak pekerja yang dieksploitasi, mendapat upah rendah dan standar kerja yang buruk. Selain itu, kebiasaan ko...

Read Entire Article