Di belahan bumi mana pun, Anda akan menemukan setidaknya satu orang yang akan membeli barang baru tanpa alasan yang jelas, bahkan ketika ia sudah memiliki barang yang sama dengan kondisi baik. Tidak, bahkan tidak perlu orang lain. Lihatlah diri kita sendiri. Lemari pakaian, tumpukan barang di sudut ruangan, atau keranjang aplikasi belanja online, setidaknya ada barang-barang yang tidak begitu dibutuhkan, tetapi kita miliki atau kita inginkan.
Sebagai generasi yang lahir dan dibesarkan dalam dunia yang sudah mengenal digitalisasi dan globalisasi, hal ini natural terjadi. Iklan televisi atau youtube, billboard yang selalu menghiasi gedung-gedung besar, dan hadirnya aplikasi belanja online adalah beberapa bukti bahwa sejak kecil, Generasi Z (Gen Z) telah terpapar media yang mendorong sifat konsumtif. Perilaku konsumsi berlebihan ini merupakan fenomena overconsumption.
Laura Fox—pengacara lingkungan dan peneliti di Fakultas Hukum Yale—mengatakan bahwa alasan terjadinya fenomena overconsumption dan mengapa isu ini memburuk setiap harinya adalah model ekonomi dunia. Konsumerisme didorong kuat oleh kapitalisme. Kemajuan teknologi juga berperan penting. Melalui kacamata produksi, mesin yang kini berkembang pesat membuat produksi barang-barang menjadi lebih mudah dan murah, menghasilkan lebih banyak lagi produk yang ditawarkan.
Iklan yang terus menerus dipaparkan di setiap kesempatan juga menjadi faktor kuat adanya overconsumption. Ditambah aplikasi belanja online yang memudahkan akses konsumen untuk membeli barang maupun jasa. Kilas balik, orang-orang mungkin akan berpikir dua kali untuk membeli barang yang tidak dibutuhkan jika aksesnya sulit. Namun dengan adanya teknologi, dengan beberapa kali klik, barang akan sampai di depan rumah Anda.
Fenomena overconsumption ini bukan isu biasa yang dapat diselesaikan dengan cepat; isu ini berlapis. Overconsumption berkaitan erat dengan fenomena doom spending. Mengonsumsi barang maupun jasa yang didasari oleh kecemasan dipengaruhi beberapa hal, contohnya media sosial atau ekonomi yang tidak menentu, sehingga cenderung memengaruhi individu menghabiskan uangnya untuk barang-barang yang dapat dijangkau dengan cepat dan mudah dengan budget yang sudah dimiliki, dibandingkan tujuan jangka panjang yang lebih penting.
Ironisnya, karakter-karakter yang dipertontonkan di media massa justru mendukung hal ini. Contohnya saja frasa YOLO (You Only Live Once) yang kini menjadi mentalitas dari banyak Gen Z, mendorong mereka mengejar kesenangan instan dengan memprioritaskan keinginan dibanding kebutuhan. Pemikiran ini dapat mengarah ke dampak negatif kepada lingkungan dan kesehatan.
Secara natural, overconsumption akan menghabiskan lebih banyak bahan produksi, yang tentunya diambil dari sumber daya alam. Dikutip dari Global Footprint Network, masyarakat dunia mengonsumsi sumber daya sebesar 1,7 kali kapasitas regenerasi bumi.
Hutan dikuras, ikan ditangkap secara berlebihan, bahan-bahan fosil dibakar tanpa henti, bumi ini tidak memiliki kapasitas yang cukup dibandingkan yang dikonsumsi manusia. Kemungkinan paling parahnya adalah kita tidak punya dunia yang layak untuk dihuni generasi muda di masa depan.
Overconsumption juga berdampak negatif pada ekonomi dan sosial. Pada masalah ekonomi, peningkatan produksi berlebihan, lalu dijual dengan harga yang murah memicu lebih banyak pekerja yang dieksploitasi, mendapat upah rendah dan standar kerja yang buruk. Selain itu, kebiasaan ko...

5 hours ago
1





















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379583/original/008279300_1760351169-Artboard_1_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378189/original/057508300_1760218015-AP25284765147801__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348124/original/066186800_1757768591-persebaya.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5367784/original/099774300_1759313808-Sherhan-Kalmurza.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377650/original/070250500_1760140104-AP25283706908321.jpg)




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3452055/original/098840500_1620463632-1_000_PAR2003102509358.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5390645/original/096170700_1761286290-ClipDown.com_563926211_18540188731051578_2003092661723966897_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377474/original/052829700_1760096933-20251009_150527.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5393101/original/089772000_1761542167-Barcelona_s_Ferran_Torres_grabs_the_ball_as_Real_Madrid.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376682/original/098147400_1760012851-20251009_144834.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3541805/original/050823500_1629106120-Liga_1_-_Ilustrasi_Logo_PSM_Makassar_BRI_Liga_1.jpg)
English (US) ·