P2MI dan Belu sepakat perkuat pelindungan pekerja migran via MoU Baru

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Mukhtarudin mengandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu, Nusa Tenggara Timur untuk memperkuat pelindungan pekerja migran Indonesia melalui penandatanganan nota kesepahaman.

Kementerian P2MI melalui pernyataan persnya di Jakarta, Jumat, menjelaskan bahwa kerja sama tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas penempatan dan pelindungan pekerja migran dari hulu hingga hilir, sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto.

“Ini sebagai bagian dari transformasi Kementerian P2MI yang baru sebagai wujud komitmen pemerintah dalam memberikan perlindungan menyeluruh bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri,” kata Menteri Mukhtarudin.

Dia menuturkan bahwa transformasi P2MI dari badan menjadi kementerian, terjadi pada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto (Kabinet Merah Putih) melalui Peraturan Presiden yang diterbitkan tahun 2024.

Perubahan ini bertujuan memperkuat pelindungan pekerja migran secara menyeluruh dari hulu ke hilir dan memastikan penempatan berkualitas dan peningkatan kesejahteraan pekerja migran, sesuai visi Pak Prabowo, sebutnya.

Menteri Mukhtarudin menekankan arahan Presiden Prabowo Subianto yang fokus pada kualitas pekerja migran, bukan kuantitas.

“Calon pekerja migran harus tingkatkan kualitas. Transformasi paradigma kementerian, penempatan yang berkualitas. Ini yang kita prioritas, skilled worker, bukan lagi asisten rumah tangga," jelasnya

Ia juga mengacu pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, khususnya Pasal 21, yang menjadikan urusan pekerja migran sebagai kewajiban daerah sebagai sektor utama untuk penciptaan lapangan kerja dan pengurangan kemiskinan.

"Kita dorong pekerja migran yang prosedural. Data sementara menunjukkan terdapat 586 pekerja migran asal Belu yang terdata di Sistem Informasi dan Komunikasi Pekerja Migran Indonesia (SISKOP2MI),” kata Mukhtarudin.

Senada, Bupati Belu, Willybrodus Lay menekankan pentingnya akses informasi yang lebih baik bagi calon pekerja migran di wilayahnya.

“Pekerja migran asal Kabupaten Belu mayoritas bekerja di Malaysia, Singapura, dan Hong Kong, namun keterbatasan informasi menjadi kendala utama,” tutur Willy.

Willy juga menyampaikan bahwa sekitar 51 persen penduduk Belu hidup dalam kemiskinan, sehingga program ini diharapkan dapat menjadi solusi dalam penciptaan lapangan kerja.

Baca juga: KP2MI perkuat pelindungan pekerja migran NTT yang responsif gender

Baca juga: Menilik upaya penguatan pelindungan terhadap pekerja migran Indonesia

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.