Jakarta -
Selama ini, kebanyakan orang mengira tindakan operasi pada pasien selalu dilakukan dalam keadaan tidak sadar atau tertidur. Namun, tahukah Anda ada satu prosedur operasi yang harus dilakukan saat pasien sadar? Prosedur tersebut dinamakan Awake Brain Surgery atau Operasi Otak Terjaga. Prosedur ini merupakan pembedahan pada otak (kraniotomi) yang dilakukan dalam kondisi pasien tetap sadar atau terjaga.
Adapun Awake Brain Surgery dilakukan untuk menangani beberapa kondisi neurologis pada otak, di antaranya tumor otak dan epilepsi. Operasi ini diperlukan jika area bedah berada dekat dengan area otak yang berisiko menimbulkan kejang, atau berfungsi untuk mengontrol penglihatan, gerakan, dan bicara, serta fungsi vital lainnya. Dengan kondisi pasien sadar dan terjaga, dokter dapat memastikan operasi dilakukan di area otak yang tepat dan dapat meminimalisir kerusakan pada area-area otak yang sehat.
Dibandingkan dengan bedah otak konvensional, Awake Brain Surgery memiliki beberapa keunggulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awake Brain Surgery memiliki durasi operasi yang lebih singkat sekitar 2 (dua) sampai 3 (tiga) jam, dapat meminimalisir risiko kelainan fungsional tubuh (defisit neurologis), dan pasien dapat pulih dengan lebih cepat. Untuk kasus tumor otak, metode ini juga dapat mengambil jaringan tumor secara lebih maksimal," ujar Dokter Spesialis Bedah Saraf Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Zainy Hamzah, Sp.BS (K) dalam keterangannya, Kamis (19/9/2024).
Sebelum melakukan Awake Brain Surgery, dokter akan melakukan pemeriksaan saraf (neurologis) secara menyeluruh. Bentuk pemeriksaan saraf bisa bermacam-macam, salah satunya pemeriksaan MRI, sebagai pembanding antara kondisi pasien selama dan setelah tindakan operasi.
Selama operasi, kata dr. Zainy, pasien dibius dan dibangunkan di tengah operasi saat dokter akan melakukan tindakan pada area-area otak yang vital. Dalam proses ini, pasien harus kooperatif dan melakukan perintah dari dokter untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu selama operasi berjalan. Hal ini dilakukan agar dokter dapat menilai respon dan fungsi otak dari pasien. Dengan demikian, dokter dapat melihat dan mengetahui area otak yang masih berfungsi dengan baik dan bisa dipertahankan, sehingga pasca-operasi pasien tetap dapat beraktivitas dan berkarya.
Ilustrasi Monitoring Intra Operasi Foto: Mayapada Hospital
dr. Zainy menjelaskan Setiap tindakan bedah tentu memiliki risiko-risiko yang dapat timbul. Pasien Awake Brain Surgery dapat mengalami salah satu atau beberapa kemungkinan risiko seperti perubahan kualitas penglihatan, kejang, kesulitan bicara, gangguan ingatan, gangguan keseimbangan, perdarahan, radang otak, hingga kelumpuhan.
"Kemungkinan risiko ini dapat diminimalisir dengan beberapa cara. Tim dokter akan melakukan pemantauan intra operasi atau pemantauan secara komprehensif dengan alat monitor khusus selama tindakan dilakukan. Alat ini membantu tim dokter melihat saraf yang berfungsi terhadap aktivitas pasien namun juga memiliki potensi cedera, serta memantau komplikasi yang mungkin timbul dari tindakan pembiusan." tambah dr. Zainy.
Lebih lanjut, dr. Zainy menjelaskan tindakan Awake Brain Surgery tentunya membutuhkan keahlian yang mumpuni dari para dokter spesialis bedah saraf. Dalam hal ini, Mayapada Hospital memiliki layanan unggulan khusus saraf, otak, dan tulang belakang bernama Tahir Neuroscience Center.
Dalam layanan ini, tim dokter spesialis bedah saraf sudah berpengalaman menangani kasus kompleks dengan tindakan yang advance seperti Awake Brain Surgery. Seluruh tindakan penanganan kasus saraf ditangani secara komprehensif di Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital dengan melibatkan tim dokter multispesialis, fasilitas, dan peralatan medis yang canggih.
Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital juga telah sukses melakukan berbagai tindakan pada kasus gangguan saraf, otak, dan tulang belakang lainnya seperti penanganan Parkinson dengan Deep Brain Stimulation, operasi saraf tulang belakang secara minimal invasif (minim sayatan), operasi tumor tulang belakang, hingga program pemulihan stroke dengan Neurorestorasi yang meningkatkan harapan pasien untuk pulih dari stroke.
(ncm/ega)