Liputan6.com, Jakarta Manchester United akan menjamu Chelsea pada pekan ke-5 Premier League 2025/2026. Duel klasik ini berlangsung di Old Trafford, Sabtu, 20 September 2025, pukul 23.30 WIB. Pertemuan ini diyakini punya makna lebih dari sekadar tiga poin di papan klasemen.
Salah satu alasan utamanya adalah kembalinya Alejandro Garnacho. Pemain yang pernah dielu-elukan di Manchester kini hadir sebagai lawan, mengenakan kostum Chelsea dan siap menguji ketahanan mental publik Old Trafford.
Jika dulu kemunculannya dipenuhi harapan besar, maka kali ini rasa khawatir lebih mendominasi. Manchester United harus menghadapi kemungkinan mantan bintang mudanya sendiri yang menambah beban bagi tim yang sedang goyah di bawah arahan Ruben Amorim.
Jejak Awal yang Membawa Harapan
April 2022 menjadi momen pertama Garnacho tampil di tim utama MU. Ia masuk menggantikan Anthony Elanga dan langsung mendapat sambutan hangat dari fans. Sejak saat itu, namanya masuk dalam daftar harapan besar sebagai penerus tradisi akademi yang kuat di klub.
Kualitasnya memang sudah terlihat sejak diboyong dari Atletico Madrid saat berusia 16 tahun. Ia dikenal punya keberanian menekan lawan dan naluri tajam dalam mengambil keputusan. Tak heran jika kemunculannya dianggap sebagai salah satu yang paling menjanjikan setelah Marcus Rashford.
Ironisnya, laga debut itu terjadi saat menghadapi Chelsea. Kini, beberapa tahun kemudian, Garnacho berbalik peran: dari simbol masa depan MU, menjadi lawan yang bisa menjatuhkan mereka.
Ketidakcocokan dengan Sistem Baru
Sejak kedatangan Ruben Amorim, masa depan Garnacho di Old Trafford tidak lagi jelas. Skema 3-4-2-1 yang diterapkan membuatnya sulit mendapat peran ideal. Pelatih ingin ia lebih bermain ke dalam, sementara Garnacho terbiasa menguasai area sayap.
Meski sempat kembali mencatat menit bermain setelah dicoret, sinyal keretakan hubungan semakin terlihat. Puncaknya, ia tak masuk dalam starting XI final Liga Europa meski menjadi bagian penting di perjalanan menuju laga itu.
Situasi tersebut membuat Garnacho kehilangan kepercayaan. Pada akhirnya, keputusannya meninggalkan MU menuju Chelsea menjadi langkah yang sulit diterima sebagian fans, tapi dianggap perlu oleh dirinya.
Angka yang Menggambarkan Potensi
Statistik menunjukkan bahwa MU kehilangan aset berharga. Garnacho mencatat 93 penampilan Premier League sebelum usia 21 tahun, jumlah terbanyak dibandingkan nama-nama besar lain di usia yang sama.
Ia juga menghasilkan 16 gol dan 8 assist, dengan total 24 kontribusi gol. Rata-rata kontribusinya setiap 223 menit, mendekati Cristiano Ronaldo di awal kariernya. Selain itu, ia berhasil menciptakan 83 peluang terbuka untuk rekan setim di liga, menegaskan kemampuannya bukan sekadar finisher.
Chelsea jelas melihat peluang besar dari situasi ini. Mereka menaruh kepercayaan pada pemain yang dilepas murah karena konflik internal, padahal catatannya di lapangan cukup impresif.
Tekanan Kian Berat di Old Trafford
Manchester United menuju laga ini dengan catatan hanya satu kemenangan dari lima pertandingan awal musim. Situasi ini membuat posisi Amorim kian rapuh, terlebih dengan kehadiran sang pemilik klub di tribune yang tentu mengamati perkembangan tim.
Jika Garnacho mampu tampil menentukan di Old Trafford, konsekuensinya bisa lebih dalam dari sekadar kekalahan. Itu bisa menambah keraguan terhadap manajer yang sejak awal belum sepenuhnya menyatu dengan skuad.
Skenario terburuknya, Amorim bukan hanya kehilangan poin, tetapi juga kepercayaan dari dalam klub. Kekalahan dengan Garnacho sebagai pelaku utama bisa jadi simbol kegagalan dalam membangun proyek jangka panjang.