Merajut Cinta dalam Budaya Nusantara

1 day ago 3
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Semua orang punya cinta dalam hidupnya. Cinta akan mencari makna, menumbuhkan gelora, dan menjelma karya. Ia menggerakkan jiwa dan menjadi nadi dalam kehidupan. Cinta yang kuat bagai tradisi yang lestari. Ia mengalir melintasi zaman yang berganti.

***

Menari adalah cinta pertama Hartati. Berawal dari sebuah panggung sederhana di kampungnya, Sumatera Barat, ketika mahasiswa KKN dari Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI) Padang Panjang menggelar sendratari yang membekas di benaknya dan membuatnya jatuh hati pada seni tari.

Saat menonton pertunjukan yang dibawakan para mahasiswa ASKI—yang kini bernama Institut Seni Indonesia (ISI)—itu, Hartati cilik mulai membayangkan dirinya di atas panggung. Dari bangku penonton, ia larut dalam buaian musik, teater, dan tari yang disuguhkan oleh para mahasiswa tersebut. Hartati merasa panggung itu memanggilnya.

“Waktu itu saya masih SD. Semenjak itu, seperti ada cita-cita yang tersimpan [dalam diri] bahwa saya harus masuk ke sekolah seni,” kata Hartati kepada kumparan di kediamannya, Depok, Jawa Barat, Kamis (14/8).

Di rumahnya yang sejuk meski tanpa AC itu, ia bercerita tentang perjalanan hidupnya di dunia seni tari. Suaranya mengalir tegas di dalam ruangan yang berdinding bata merah tanpa lapisan semen dan cat.

 Febria Adha Larasati/kumparanKoreografer senior, Hartati. Foto: Febria Adha Larasati/kumparan

Hartati lahir di Jakarta, namun dibesarkan oleh kakek-neneknya di Kampung Muara Labuh, Solok Selatan, Sumatera Barat.

“Ibu saya orang Minang, Bapak orang Bandung. Mereka bertemu di Jakarta, dan saya lahir di Jakarta, kemudian dibawa nenek saya ke Solok Selatan,” tutur perempuan berdarah Minang itu.

Kakek dan neneknya ialah sosok penting bagi Hartati. Merekalah yang membuatnya teguh menekuni pilihan di panggung seni—dunia yang membawanya berkembang menjadi koreografer (penggubah/penata gerak tari), pengajar, sekaligus pendiri Yayasan Seni Tari Indonesia yang berupaya meningkatkan kapasitas seniman lokal Indonesia.

“Nenek selalu support saya untuk belajar menari, menyanyi, dan seterusnya,” katanya.

 Febria Adha Larasati/kumparanHartati melihat koleksi foto pentas tari. Foto: Febria Adha Larasati/kumparan

Cita-cita masa kecil untuk menari ditapaki Hartati dengan masuk ke Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) di Padang selama empat tahun. Di situ, ia merasa jiwa seninya menemukan wadah.

Hartati beberapa kali diajak ikut pentas tari berskala nasional, salah satunya tarian karya koreografer Zuriati Zubir yang dipentaskan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta Pusat.

Pengalaman itu meneguhkan niat Hartarti untuk melanjutkan studi ke Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Di kampus seni itu, ia merampungkan pendidikan jenjang Diploma 3, D4, Strata 1, dan S2 yang seluruhnya di bidang tari.

 ShutterstockIKJ, kampus Hartati. Foto: Shutterstock

“Semua linear—tari. Jadi otomatis dunia tari sudah menjadi bagian hidup saya,” ucap Hartati yang kini berusia 59 tahun dan kerap disapa ‘Uni Tati’.

Selain belajar di ruang akademik, Hartati juga ditempa di berbagai komunitas seni, terutama Gumarang Sakti Dance Company—kelompok tari asal Sumbar pimpinan Gusmiati Suid yang kerap memadukan unsur tradisional dan modern.

Hartati 20 tahun bergabung di sana, dan berinteraksi dengan banyak maestro tari Indonesia seperti Sardono W. Kusumo, Farida Oetoyo, Julianti Parani, dan Dedy Lutan. Semua pengalaman itulah yang membentuk karakter seni Hartati hingga kini.

Pembelajaran Hartati komplet sudah, dari teori di ruang kelas sampai praktik di pentas seni.

 Febria Adha Larasati/kumparanMenari adalah panggilan jiwa Hartati. Foto: Febria Adha Larasati/kumparan

Pahami Makna sebelum Gerakan

Hartati terdorong untuk mengajar seni tari lantaran cemas dengan masa depan seni tradisional Indonesia. Ia mengajar di IKJ pada 1991–1997, lalu vakum beberapa tahun, dan kembali mengajar pada 2007–2014. Saat itu pula ia berinteraksi dengan generasi milenial dan Gen Z.

Sebagai dosen seni tari, Hartati mesti mencari cara untuk mengajarkan tradisi itu secara menarik; menyesuaikan dengan minat dan cara belajar para milenial dan Gen Z.

Namun, satu hal sudah pasti: pelajaran pertama yang diberikan Hartati bukan pola gerak, melainkan pemahaman akan tradisi, budaya, lingkungan, dan masyarakat yang melahirkan tarian tersebut.

Hal tersebut penting karena tari bukan sekadar urusan panggung, tapi cara untuk menjaga identitas budaya. Dalam setiap tarian yang diciptakan leluhur, terkandung makna yang harus dipahami lebih dulu sebelum memulai gerakannya.

“Pengetahuan tentang latar belakang masyarakat dan alamnya akan memperkuat penari dalam menggerakkan tradisi yang dijaga itu,” terang Hartati.

 Febria Adha Larasati/kumparanHartati menyelami seni tari sampai ke akarnya. Foto: Febria Adha Larasati/kumparan

Ia menegaskan, tarian bukan hanya hiburan atau pengisi acara seremonial. Tarian adalah medium untuk menyampaikan cerita, gagasan, atau perasaan.

Untuk melestarikan seni tari, ujarnya, butuh kepedulian dari berbagai pihak. Dan sejak 2009, ia mendapat dukungan dari Djarum Foundation untuk mengembangkan karya-karyanya meski dipentaskan terbatas.

Dukungan Bakti Budaya Djarum Foundation itu antara lain mencakup kolaborasi dengan seniman daerah dan regenerasi para koreografer dalam program-program seperti Festival MenTARI di Sumatera Barat, Festival Batanghari di Jambi, Festival Gurindam 12 di Kepulauan Riau, dan lain-lain.

“Dari pengalaman saya, Bakti Budaya Djarum Foundation sangat peduli dan support dengan dunia tari karena tidak membedakan seni ekspresi dari personal senimannya dengan dari masyarakatnya,” kata Hartati.

 Febria Adha Larasati/kumparanKucing Hartati tertidur di meja sementara ia menari. Foto: Febria Adha Larasati/kumparan

Regenerasi Penari Jadi Tantangan

Tantangan terbesar yang dirasakan Hartati dalam melestarikan tari adalah mewujudkan regenerasi penari muda. Meski saat ini banyak kompetisi tari yang melibatkan anak muda, ia khawatir ajang-ajang semacam itu tidaklah cukup.

Dalam realita di lapangan, Hartati sering melihat banyak penari muda yang hanya aktif di level dasar sehingga sulit berkembang dan akhirnya meninggalkan dunia tari karena merasa tidak ada peluang untuk maju.

Menurut Hartati, perlu wadah selain lomba atau kompetisi untuk memelihara minat mereka akan tari sekaligus meningkatkan kemampuan mereka sampai level internasional. Wadah ini ia ibaratkan sebagai ‘ruang tengah’ dan ‘ruang atas’.

“Kita harus bersama-sama membangun ruang tengah buat mereka agar mereka bisa survive di dunia tari dan bisa tetap berkomunikasi dengan budaya dan tradisinya; kemudian siapkan ruang atas agar mereka bisa dikenal dunia,” papar Hartati.

Latihan tari tradisional di Omah Seni, Bintaro, Jakarta Selatan, Sabtu (16/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparanLatihan tari tradisional di Omah Seni, Bintaro, Jakarta Selatan, Sabtu (16/8). Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Melestarikan tarian tradisional juga diupayakan Mira Arismunandar melalui sanggar Gema Citra Nusantara (GCN) yang ia dirikan di Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Di sanggar ini, Mira mengajarkan berbagai tarian tradisional Nusantara kepada anak-anak. Gratis.

Sanggar tersebut memang bukan sumber penghasilan Mira. Ia mengandalkan pementasan di berbagai event untuk mengisi pundi-pundinya. Sementara di sanggarnya, ia hanya ingin melatih anak-anak yang berminat dan berbakat menari sejak usia dini.

Bagi Mira, keragaman tarian tradisional Indonesia—dengan iringan musik memikat—adalah warisan budaya yang tak ternilai dan tak boleh hilang. Ia ingin memastikan tari-tarian ini dikenal, dipelajari, dan dicintai oleh anak-anak muda.

 Aditia Noviansyah/kumparanPara penari muda berlatih di Omah Seni, Bintaro, Jakarta. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan

Meski menjaga tradisi, Mira mendekap perkembangan zaman. Ia tak keberatan dengan tarian modern, namun menekankan pentingnya kelestarian dan identitas tari tradisional.

“Tradisinya kita pelihara, kita jaga, kita lestarikan karena secara tidak langsung itulah jati diri kita sebagai bangsa Indonesia,” kata Mira di sanggarnya, Sabtu (16/8).

Ia selalu mengajarkan kepada murid-muridnya: tak ada tarian yang tidak indah, dan setiap ...

Read Entire Article