Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tengah menggenjot langkah preventif menghadapi meningkatnya kasus bunuh diri dengan memperbanyak tenaga pendamping non-medis.
Melalui program “teman curhat” atau first aider, masyarakat dilatih untuk menjadi pendengar sekaligus detektor dini bagi orang-orang yang berisiko mengalami depresi atau percobaan bunuh diri.
Direktur Pelayanan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan dr. Imran Prambudi menjelaskan target pemerintah hingga tahun 2029 adalah membentuk 10 juta first aider.
“Tahun ini karena baru dimulai, target kita membentuk sekitar 600 ribu orang dulu,” kata Imran dalam doorstop bersama media di Jakarta pada Rabu, 10 September 2025.
Menurutnya, keberadaan first aider bukan untuk menggantikan peran psikolog atau psikiater, melainkan sebagai jembatan awal agar masyarakat memiliki akses lebih cepat pada bantuan.
"Mereka bukan konselor tapi teman curhat yang bisa mendengarkan dan membantu menghubungkan ke tenaga kesehatan bila memang diperlukan,” ujarnya.
Imran menambahkan, keberadaan relawan ini diharapkan bisa menekan angka depresi yang berujung pada bunuh diri.
“Orang itu kadang hanya butuh teman bicara. Ketika didengarkan, pikirannya bisa lebih jernih,” tambahnya.
Peran Teman Curhat dalam Deteksi Dini
Program first aider ini dirancang agar masyarakat lebih peka terhadap perubahan perilaku orang di sekitarnya. Imran menekankan bahwa relawan yang dipilih umumnya adalah sosok yang sudah biasa menjadi tempat curhat teman atau rekan mereka.
“Kita rekrut yang memang populer atau sering dicurhati, sehingga mereka lebih efektif untuk jadi teman cerita,” ujarnya.
Relawan dilatih untuk mengenali tanda-tanda risiko, misalnya perubahan sikap dari biasanya rapi menjadi tampak abai pada diri sendiri. Peran deteksi dini ini sangat penting karena tidak semua orang berani terbuka kepada tenaga kesehatan.
Dengan adanya first aider, hambatan psikologis bisa lebih mudah ditembus, sebelum akhirnya penderita diarahkan ke psikolog atau psikiater jika gejalanya lebih serius.
Mendengarkan sebagai Terapi Awal
Salah satu keterampilan utama first aider adalah kemampuan mendengarkan. Menurut Imran, kondisi seseorang yang sedang kalut membuat pikirannya “berkabut” sehingga sulit membedakan mana yang benar dan salah.
“Dengan cara orang bercerita, itu seperti jendela asapnya keluar. Orang yang awalnya kalut setelah ngomong dan didengar bisa merasa lebih lega,” jelasnya.
Pendekatan sederhana ini terbukti membantu banyak individu dalam meredakan tekanan batin. Keberadaan teman curhat juga mencegah rasa kesepian (loneliness), yang bila berlarut-larut bisa berkembang menjadi depresi berat atau bahkan percobaan bunuh diri.
Dengan mendengar secara aktif, first aider berfungsi sebagai penopang emosional awal sebelum bantuan profesional diberikan.
Jembatan Menuju Layanan Kesehatan
Peran first aider tidak boleh dipahami sebagai pengganti psikolog atau psikiater. Mereka lebih tepat disebut jembatan menuju layanan kesehatan jiwa.
“Kalau dengan cara bicara pun orang masih belum bisa baik, ya dia harus dihubungkan ke tenaga kesehatan, bisa ke psikolog klinis, bisa ke dokter yang sudah dilatih,” kata Imran.
Skema ini penting karena akses psikolog klinis di Indonesia masih terbatas, dengan jumlah tenaga profesional yang jauh dari ideal. Oleh karena itu, first aider menjadi titik awal yang praktis dan mudah dijangkau masyarakat.
Harapannya, semakin banyak orang berani mencari bantuan sejak dini, sehingga risiko bunuh diri bisa ditekan secara signifikan.
Kontak Bantuan
Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.
Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku
Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.
Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) [email protected].